Wahai manusia, bertakwalah kalian kepada Allah, dan bersyukurlah
kepada-Nya atas nikmat yang di berikan kepada kalian, yaitu dengan
diutusnya seorang Rasul kepada kalian, yang mana Rasul tersebut
membacakan ayat-ayat Allah kepada kalian, serta mensucikan kalian,
mengajari kalian Al-Qur’an dan Al-Hikmah ( As-sunnah ).
Dengan Rasul tersebut Allah mengeluarkan kalian dari kegelapan
kesyirikan dan kekufuran menuju ke cahaya keadilan dan kebaikan, serta
dari kegelapan kesedihan hati dan sempitnya dada menuju kepada cahaya
ketenangan dan lapang dada.
Allah Ta’aala berfirman :
“ Maka apakah orang-orang yang di bukakan Allah hatinya untuk ( menerima
) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhan-Nya ( sama dengan
orang yang membantu hatinya ) ? “ ( QS. Az-Zumar : 22 ).
Allah juga berfirman :
Alif lam raa. ( ini adalah ) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya
kamu mengerluarkan manusia dari gelap gulita menuju cahaya yang terang
benderang dengan izin Tuhan mereka, ( yaitu ) menuju jalan yang Maha
Perkasa lagi Maha Terpuji. Allahlah yang memiliki segala apa yang ada di
langit dan di bumi, dan celakalah bagi orang-orang kafir karena siksaan
yang sangat pedih. “( QS. Ibrahim : 1-2 ).
Allah mengutus nabi-nya Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam dalam
keadaan manusia berada dalam kebodohan, lalu beliau membuka pintu-pintu
ilmu dalam mengenal Allah, nama-nama-Nya, sifat-sifat serta
perbuatan-Nya. Dam juga pintu-pintu ilmu untuk mengenal makhluk-Nya
yaitu permulaan dan akhir dari penciptaan manusia, serta hisab dan
pembalasan ( di hari kiamat ).
Allah Ta’aala berfirman : “Dan sesungguhnya kami menciptakan manusia
dari suatu sari pati ( berasal ) dari tanah. Kemudian Kami jadikan sari
pati itu menjadi air mani ( yang tersimpan ) dalam tempat yang kokoh (
yaitu rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, dan
segumpal darah itu Kami jadikan dia makhluk yang ( berbentuk ) lain.
Maka Maha Suci Allah, penciptaan yang paling baik. Kemudian sesudah itu,
sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian sesungguhnya
kamu sekalian akan dibangkitkan ( dari kuburmu ) di hari kiamat. “(QS.
Al-Mu’minum:12-16 ).
Allah membuka pintu-pintu ilmu bagi hamba-hamba-Nya dengan diutusnya
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu pintu ibadah kepada Allah
serta pintu-pintu ilmu dalam mencari rizki di muka bumi ini dari sisi
yang halal. Maka tidak ada sesuatupun yang di butuhkan manusia untuk
mengetahui urusan dunia dan dalam agama kecuali Allah sudah jelaskan
semua kepada manusia, sehingga menjadilah mereka di atas jalan yang
putih bersih, malamnya seperti siangnya, dan tidaklah seseorang itu
melenceng darinya kecuali pasti binasa.
Allah Ta’ala mengutus Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam ketika
manusia bergelimang dengan berbagai macam kesyirikan. Diantara mereka
ada yang menyembah berhala, ada juga yang menyembah Al-Masih ibnu Maryam
( Nabi Isa ‘alaihissalam ) dan ada yang menyembah pepohonan dan
batu-batuan. Kemudian Allah menyelamatkan mereka dari kebodohan ini,
yaitu dari beribadah kepada berhala-berhala untuk beribadah kepada
Allah, mentauhidkan-Nya, mengiklaskan ibadah hanya untuk Allah saja
serta menunjukkan kecintaan dan pengagungan kepada-Nya saja. Mka jadilah
hamba tersebut ikhlas dalam niatnya, ikhlas dalam mencintainya serta
ikhlas dalam mengagungkannya, baik lahir maupun batin.
Allah Ta’ala berfirman :
“Katakanlah, sesungguhnya sholatku, sembelihanku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah semesta alam”. ( QS. Al-An’am : 162 ).
Dalam firman-Nya yang lain : “ Maka Tuhanmu adalah Tuhan yang Esa,
kaerena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. “ ( QS.Al-Hajj :34 ).
Demikanlah, Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam datang utntuk merealisasikan tauhid dan mensucikannya, ( yakni )
mensucikannya dari setiap kotoran-kotoran dan menutup segala pintu yang
dapat mengantarkan kepada kerusakan tauhid itu atau melemahkannya.
Sampai-sampai, ketika ada seseorang yang berkata kepada Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam : “Atas kehendak Allah dan kehendak anda.” Maka Nabi
shalallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan : “Apakah kamu hendak menjadikan
aku sebagai tandingan bagi Allah ? Tetapi hendaknya km katakan : “Atas
kehendak Allah saja.” ( Hadits Hasan Riwayat Imam Ahmad ).
Dalam hadits ini Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menngingkari
laki-laki tersebut yang menggabungkan masyi’ah ( kehendak ) Allah dan
huruf yang menghendaki penyamaan antara keduanya ( yakni faedah wawu
athof yang berarti dan yang memberi faedah bahwa kata yang di gabungkan
itu memiliki nilai derajat atau kedudukan yang sama, ed ), dan
menjadikan hal tersebut termasuk mengadakan tandingan ( sekutu )bagi
Allah, dan menjadikan tandingan bagi Allah itu adalah menyekutukan-Nya (
berbuat syirik ).
Demikian pula Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengharamkan
seseorang bersumpah dengan selain Allah dan menjadikan perbuatan
tersebut termasuk ke syirikan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam
bersabda : “ Barang siapa bersumpah dengan selain Allah, maka dia telah
kufur atau syirik. “( hadits Shohib Riwayat Imam At-Tirmidzi ).Yang
demikian itu karena bersumpah dengan selain Allah berarti mengagungkan
yang sesuai dengannya. Maka tidak boleh bagi seorang muslim mengatakan
ketika bersumpah “ demi nabi “ atau “ demi kehidupan nabi “ atau juga “
demi kehidupan fulan “, akan tetapi hendaknya bersumpah denngan Allah
saja atau diam.
Demikian pula ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam di tanya
tentang seorang yang bertemu dengan saudaranya lalu mengucapkan salam
padanya, apakah boleh membungkuk kepadanya ( ketika memberi salam ) ?
Maka beliau menjawab : “Tidak “. ( HR.At-Tirmidzi ). Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam melarang memberi salam sambil membungkuk
karena hal tersebut termasuk khudhu’ ( tunduk atau merendah ) yang tidak
boleh dilakukan kecuali kepada Allah saja, Dialah satu-satunya yang
berhak di sujudi dan di ruku’i. Dan sujud ketika memberikan salam di
perbolehkan hanya pada syari’at sebelum kita. Akan tetapi syari’at (
Islam ) ini adalah syari’at yang sempurna, syari’atnya Muhammad
shalallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya dan mengharamkan kecuali untuk
Allah saja.
Dan di dalam sebuah hadits di kisahkan bahwa Mu’adz bin jabal datang
ke syam dan menjumpai mereka ( penduduk syam ) bersujud ( yakni
membungkuk ketika salam,ed ) kepada pemimpin-pemimpin mereka, dan hal
itu terjadi sebelum mereka masuk Islam. Tatkala Mu’adz dari syam ( yakni
ketika sampai di madinah, ed ), dia sujud kepada Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam, lalu Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “
Apa ini wahai Mu’adz ? “ Lalu Mu’adz berkata : “Aku melihat mereka (
penduduk Syam ) sujud kepada pemimpin-pemimpin mereka, Anda lebih pantas
untuk disujudi ( daripada pemimpin-pemimpin mereka ) “. Lalu Nabi
shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Seandainya aku ( dibolehkan )
memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, niscaya aku akan
perintahkan perempuan ( yakni para istri )untuk sujud kepada suaminya.
“( HR.Ibnu Majah ).
Hal tersebut di kaerenakan besarnya hak suami terhadap istrinya.
Imam An-Nasa’I meriwayatkan dengan sanad yang jayyid ( bagus ) dari
Anas bin Malik radhiyallahu anhu, bahwasanya sekelompok manusia datang
kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata : “ Wahai
rasulullah, wahai orang yang terbaik dan anaknya yang terbaik, wahai
tuan kami dan anaknya tuan kami.” Lalu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : “Wahai manusia, ucapkanlah dengan ucapan kalian, dan
janganlah syetan menggoda kalian. Aku adalah Muhammad, hamba Allah dan
Rasul-Nya. Aku tidak senang kalian mengangkat aku di atas kedudukanku
yang telah Allah tentukan bagiku.”
Dan di antara upaya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk
menutup jalan-jalan kesyirikan adalah tidak membiarkan di dalam rumah
gambar-gambar yang di sembah selain Allah atau yang di agungkan untuk di
ibadahi. Dalam Shahih Bukhori dari ‘Aisyah radhiyallahu anha, beliau
berkata : “Tidaklah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan dalam
rumahnya sesuatu yang di dalamnya ada salib kecuali menghancurkannya.”
Salib adalah tanda yang digunakan oleh orang-orang Nashoro sebagai
syiar agama mereka dan di sembah-sembah. Dan definisi salib sebagaimana
terdapat dalam kanus Al-Munjid adalah semua yang berbentuk dua garis
yang saling memotong dan maknanya adalah garis lurus ( vertical ) yang
di potong oleh garis yang kesamping ( horizontal ), sama yang di potong
itu di tengah atau di atas.
Orang-orang Nashoro menyangka bahwa Al-Masih bin Maryam itu disalib
setelah dia di bunuh, maka Allah membantah anggapan tersebut dalam
firmannya : “Tidaklah mereka membunuhnya dan tidak pula mereka
menyalibnya, akan tetapi ( yang mereka bunuh adalah ) yang diserupakan
dengan Isa bagi mereka.” ( QS.An-Nisa : 157-158 ).
Orang-orang Nashoro mengagungkan salib, mereka meletakkannya di
mihrab-mihrab mereka dan menggantungkannya di leher-leher mereka.
Padahal termasuk dari petunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
adalah menghilangkan apa saja yang ada salibnya dalam rangka menjaga
tauhid dan menjauhi penyerupaan kepada selain muslimin. Karena
musuh-musuh islam dalam rangka menghancurkan Islam, mereka menyerang
kaum muslimin, baik anak-anak maupun orang dewasa ( bahkan musik dan
lagu-lagu rohani orang-orang Nashoro juga memenuhi perabot perabot rumah
tangga dan mainan anak-anak,ed ) Laa haula walaa quwwata illa billahi,
inna lillahi wainna ilaihi raji’un.
Semoga Allah menjaga Agama kita serta menghidupkan hati kita yang telah lalai. Amin Ya Robbal ‘Alami.
Maraji’ : Majmu Fatawa Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin jilid VI, diterjemahkan oleh Ustadz Muhammad Irfan.
0 komentar:
Posting Komentar
Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wasallam bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam.”
(HR. Bukhari No. 6475 dan Muslim No. 48)
Jangan Memberikan Komentar Jika Foto Anda Menggunakan Gambar Makhluk Atau Komentar Anda Mengandung Unsur Smiley !